Bismillah...
"Saat nasehatmu tak didengar, maka bercerminlah. Bisa jadi dirimu terlalu hina, tidak cukup baik dan pantas tuk sampaikan sekedar nasehat. Untuk itu, perbaikilah diri!"
Ketika kita menyampaikan suatu nasehat lalu tertolak, jangan terburu-buru tuk salahkah mereka yang kita nasehati. Coba kita tengok ke dalam diri kita. Bercermin tuk tahu lebih dulu tentang diri sendiri sebelum menunjuk kepada orang lain. Ada beberapa kemungkinan kenapa nasehat kita tak didengar, tertolak dan tak mungkin dilaksanakan oleh orang yang kita nasehati, diantaranya sebagai berikut:
1. Mungkin cara kita yang salah
Ketika kita mendapati sesuatu yang tak seharusnya dimana tidak sesuai dengan Al Qur'an dan Hadist ataupun juga tidak sesuai dengan hukum yang berlaku di masyarakat, bukan tidak sesuai dengan ego pribadi tentunya; terkadang kita buru-buru untuk menjudge seseorang tersebut. Maka ketika kita menegur ataupun menasehati pun terkadang terdengar seperti menghakimi sehingga dia yang kita nasehati akan serta merta menolak dan justru bisa jadi melawan kita.
Cara yang santun dan sopan, dengan perkataan/bahasa yang baik, pendekatan emosional tanpa ada unsur menyalahkan dan memaksa tentu akan lebih enak didengar dan diterima oleh mereka yang coba kita luruskan atau mereka yang kita nasehati.
2. Mungkin waktunya kurang tepat
Terkadang saking gregetannya terhadap sesuatu, kita menjadi terburu-buru untuk menyampaikan nasehat. Tak sedikit pula nasehat yang disampaikan tanpa memperhatikan waktu penyampaiannya. Nasehat yang disampaikan saat dimana orang yang akan kita nasehati sedang berada dalam masalah pelik, dikejar deadline pekerjaan, capek dengan lembur kerjaan atau lelah setelah menempuh suatu perjalanan, tentu akan berpotensi tertolak atau malah tidak didengar sama sekali.
Perlunya pemilihan waktu yang tepat, seperti saat sedang santai atau diselilingi dengan canda mungkin akan lebih bisa diterima dan dicerna dengan baik oleh orang yang menerimanya.
3. Mungkin tempatnya tidak sesuai
Selain pemilihan waktu yang tepat, perlu juga dipertimbangkan kesesuaian tempat dimana nasehat tersebut disampaikan. Tentu akan lebih utama menyampaikan nasehat dengan cara mengajak orang tersebut untuk menjauh dari keramaian. Menegur secara pribadi dari hati ke hati akan lebih mudah diterima daripada menyampaikan teguran atau nasehat secara terang-terangan di depan umum.
4. Mungkin kita belum cukup baik dan pantas tuk sampaikan nasehat tersebut
Terkadang diri kita juga faktor penting terhadap sukses tidaknya penyampaian nasehat tersebut. Bisa jadi saat kita menasehati orang lain, kita sendiri masih sering melakukan kesalahan tersebut sehingga orang yang akan kita nasehati justru membalikkan nasehat tersebut untuk kita. Jadi, tak ada salahnya apabila kita terus mengupayakan untuk memperbaiki diri tanpa melupakan kewajiban tuk menasehati dalam kebaikan dan kebenaran.
Demikian sekilas tentang menasehati dan sebab seringnya atau terkadang ada nasehat yang tertolak. Semoga hal tersebut memacu kita tuk terus perbaiki diri agar nasehat yang kita sampaikan pun dapat diterima oleh orang lain.
Bukankah Allah SWT sangat murka terhadap suatu perkataan yang kita sampaikan kepada orang lain tetapi diri kita sendiri belum melaksanakannya?
Untuk itu, marilah kita tak henti memperbaiki diri tuk tingkatkan kualitas diri di hadapanNya.
Catatan ini saya tulis terutama untuk nasehat bagi diri sendiri. Apabila berkenan membaca dan mengambil hikmahnya semoga bermanfaat.
Ada kurangnya saya mohon maaf.
Sekian, semoga bermanfaat dan tidak menjadi kesia-siaan.
(Di sudut kamar kost di PJMI, di luar matahari bersinar dengan teriknya
Minggu, 19 Juni 2011)
Subhanallah.. Sangat bagus sekali
BalasHapusIzin share ya.. Trimakasih sblmnya