Assalamu'alaykum...
Selamat Datang.... ^_^
Selamat Datang.... ^_^
Senin, 11 April 2011
Hujan, Ella Dan Shea (2)
Entah kenapa aku selalu suka sekali dengan aroma hujan yang membasahi tanah. Seakan tanah yang gersang itu menggeliat untuk bangkit kembali setelah sekian lama penderitaannya dalam kekeringan dan kegersangan. Aroma air hujan yang menyentuh tanah itu begitu khas, aroma yang berbeda. Aroma yang mampu membuatku merasa nyaman.
Aku berani berlama-lama memejamkan mata dan menghayati tiap aroma khas yang selalu mampu membuatku merasa tenang, nyaman dan lapang. Aroma yang selalu kutunggu-tunggu tiap kali panas telah membuatku dehidrasi. Aku selalu rindu pada hujan yang datang membasahi keringnya bumi. Seperti sang kekasih yang datang dan serta merta memberikan pelukan hangatnya pada pujaannya. Ya, dan seperti itu pula aku menganggap hujan dan bumi yang gersang ini.
Aku kembali mengingat tentang mimpi anehku tentang Shea dan Ella, peri bumi dan peri hujan. Mereka saling mencintai tetapi tak dapat hidup bersama. Kehidupan di bumi terlalu berbahaya bagi Ella. Dan Shea pun tak sanggup untuk meninggalkan bumi, tempat hidupnya dan tanggung jawabnya. Maka Ella selalu melepas rindunya pada Shea beriringan dengan turunnya hujan. Saat itulah ia bisa memeluk erat dan mencium mesra kekasihnya, Shea.
Ella selalu menunggu perintah dari Raja Auberon untuk menurunkan hujan ke bumi. Karena hanya saat itulah ia bisa melepas rindu yang semakin tak tertahan di hatinya. Ella, meski tahu bahwa ia sangat berbeda dengan Shea, tapi ketulusan cintanya telah mampu mengeliminasi semua perbedaan itu. Ella selalu berusaha untuk nyaman tiap kali berada di bumi bersama Shea. Baginya bersama Shea, kekasihnya, adalah saat dimana semua bahagia membuncah di hatinya.
"Ella, aku merindukanmu!"
Ella tersenyum, "Aku juga sangat merindukanmu, Shea!"
Keduanya berpelukan. Seakan telah berjuta tahun lamanya mereka tidak bertemu. Tapi selama apa hujan turun tetap saja tidak cukup bagi keduanya untuk menikmati kebersamaan itu.
"Seandainya aku dapat terlahir kembali, maka aku akan memilih untuk menjadi peri air. Hingga aku bisa hidup bersamamu di bumi, Shea. Aku sungguh tak sanggup berjauhan denganmu. Meskipun aku bisa menatapmu sepanjang waktu dari atas sana, tapi itu justru menyiksaku. Aku semakin merindukanmu sepanjang waktu," Ella memeluk kembali Shea dan menangis di dada bidangnya.
Ella, peri cantik dengan berjuta pesona di wajahnya. Matanya yang lentik, sinar matanya yang begitu bercahaya, wajahnya yang bulat dan mungil, hidungnya pun tak kalah indah, terlebih bibir mungilnya yang tipis. Ah, siapa yang mampu menolak semua pesona itu. Tak heran jika banyak peri lain yang iri dengan Shea karena telah mampu mencuri hati Ella.
Hmm, Shea, siapa juga yang tak mengakui ketampanannya? Semua mengakuinya, wajahnya terlihat begitu nyata dan tegas dengan cahaya mata yang tajam. Senyumnya yang begitu manis mampu meluluhkan berjuta hati wanita. Tubuhnya yang tegap dan dada bidangnya, ah, sungguh menambah kesempurnaannya. Mungkin itu juga yang membuat Ella tak mampu menolak cinta Shea meski banyak perbedaan diantara keduanya. Meskipun mencintai Shea akan lebih sering membuatnya tersiksa dan berurai airmata, tapi kesetiaan Shea sungguh tak terbantahkan. Banyak peri bunga dan peri air yang selalu mencoba menggodanya, tapi hati Shea telah milik Ella sepenuhnya. Itu pula yang membuat Shea tak pernah bergeming menanggapi semua godaan itu.
Ah, andai saja aku memiliki seorang Shea, aku pasti akan menjadi wanita yang paling beruntung di dunia.
"Naida! Hayoo melamun lagi, kan?!" tiba-tiba Celie telah duduk manis di sampingku.
Celie tersenyum padaku, aku jadi curiga padanya. Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah buku gambar dan membaliknya.
"hah!"
Itu adalah lukisan Shea dan Ella. Mataku terbelalak.
"Darimana kamu mendapatkannya, Celie?" tanyaku tak sabar sambil mengambil alih lukisan itu.
"Kamu itu selalu aneh, Naida. Tentu saja aku mengambilnya dari meja di kamarmu. Wah, sekarang koleksiku bertambah banyak. Ada banyak lukisan tentang peri, hutan, hujan dan semua makhluk dari fairy land. Wow, keren!" Celie masih terus bercerita dengan segenap kekagumannya.
Dan aku, masih terpaku menatap lukisan itu. Aku sungguh bukan pelukis handal dan tak bisa menghasilkan karya seindah itu. Lalu darimana semua lukisan tentang Shea, Ella, Raja Auberon, para Shefro dan Amarok itu?
Tiba-tiba kepalaku pening. Lukisan itu terlepas dari tanganku. Semua tampak gelap bagiku.
Apa ini??
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar