Assalamu'alaykum...

Selamat Datang.... ^_^

Selasa, 05 April 2011

Wedding Dress (Review)



Wedding Dress, sebuah film korea yang dibintangi oleh Song Yun Ah dan Kim Hyang Gi bertajuk tentang keluarga. Film ini mengisahkan hubungan antara anak dan ibu yang kelihatannya kurang baik, tapi cinta diantara keduanya begitu kuat.

Go En, seorang ibu satu anak. Dia menjanda karena suaminya telah lama meninggal. Untuk bertahan hidup dan membiayai pendidikan anak perempuannya, So Ra, dia bekerja disebuah butik Wedding Dress. Go En menjadi desainer baju pengantin.

Semenjak suaminya meninggal, Go En tidak pernah memasak. Selalu membeli makanan siap saji dan makanan instan di supermarket, terkadang bahkan ikut makan di rumah salah satu keluarganya. Hal inilah yang sering membuat So Ra kesal pada ibunya. So Ra menjadi anak yang egois, tidak mau berbagi makanan dengan teman-temannya, bahkan jika ada temannya yang telah menyentuh makanannya saja, So Ra akan langsung berhenti makan dan membuang sisa makanannya. Go En selalu marah dengan sikap So Ra yang demikian. Tapi selalu terdiam jika So Ra mengatakan alasannya karena jijik terhadap makanan yang telah disentuh oleh orang lain.

Go En mulai sering merasa lelah, sering tiba-tiba mual dan muntah dan juga pingsan. Suatu ketika, Go En pingsan ketika sedang ada acara do'a bersama untuk peringatan meninggalnya orang tuanya. Ketika itu, kakak laki-laki Go En membawanya ke rumah sakit. Barulah diketahui bahwa Go En mengidap kanker lambung yang sudah kronis dan membahayakan nyawanya.

Kenyataan tersebut perlahan diketahui oleh So Ra. Sedih ketika mengetahui bahwa umur ibunya tidak akan lama lagi. Maka ia pun berubah, menunjukkan sikap manis dan patuh pada ibunya.

"Ibu, hari ini apapun yang ibu minta So Ra janji akan memenuhinya."

"Sungguh? Hmm... Ibu ingin So Ra mempunyai banyak teman dan berbaikan dengan Jin A. Satu lagi, ibu ingin melihat So Ra menari balet."

So Ra, demi memenuhi permintaan ibunya rela meminta maaf dan memohon pada Jin A dan teman-temannya untuk ikut menjenguk ibunya di rumah sakit. So Ra juga mati-matian belajar balet agar bisa tampil di depan ibunya. Semua usaha So Ra berhasil.

Malam itu, So Ra menghabiskan waktunya bersama Go En. Bercerita hingga malam sampai So Ra tertidur. Keesokan harinya, So Ra menganggap ibunya masih tidur. Kenyataannya, itulah saat terakhir So Ra bersama ibunya. Ibunya telah pergi meninggalkannya menyusul ayah tercintanya di surga.
Kini, So Ra yang masih berumur 7 tahun itu harus hidup sendiri, sebatang kara. Kakak laki-laki Go En dan istrinya lah yang pada akhirnya bersedia merawat dan membesarkan So Ra.



"Ibu, aku sangat menyayangimu. Aku tahu ibu tidak pandai memasak, selalu sibuk bekerja dan suka marah-marah. Tapi sungguh ibu, aku sangat mencintaimu. Orang yang paling aku cintai di dunia ini adalah ibu, tidak ada yang lain lagi. Beberapa waktu lalu aku baru tahu jika ibu sakit. Ibu meminum obat yang sangat banyak. Ingin aku mengambil semua sakit ibu. Seandainya bisa, aku ingin ibu tidur dan beristirahat saja. Aku akan memasak, mencuci, membersihkan rumah dan bekerja. Tapi aku ingin ibu selalu menemaniku selamanya. Bisakah ibu? Aku hanya ingin ibu di dunia ini. Bagiku cukup ibu dan tidak perlu ada orang lain. Aku mencintaimu ibu." So Ra


***

Film ini menitik beratkan pada keharuan. Berusaha menunjukkan betapa kuatnya cinta kasih antara ibu dan anak. Meskipun terkadang secara kasat mata hubungan anatara ibu dan anak tidak harmonis. Tapi di hati mereka, saling mengutamakan satu sama lain.

Seorang ibu yang terlihat sibuk bekerja, seakan tidak peduli pada anaknya, sesungguhnya dalam hatinya sangat peduli pada anaknya. Hanya terkadang keadaan yang memaksanya jauh dan tidak bisa sesering mungkin bersama buah hatinya.

Seorang anak yang terlihat membantah setiap perkataan ibunya, terakdang hanya mencoba mendapatkan perhatian ibunya, Karena baginya perhatian ibu adalah segalanya.

Menonton film ini membuatku berurai air mata. Mengajakku untuk menengok ke relung hati paling dalam. Apakah aku sudah menjadi anak yang baik bagi orang tuaku, terutama ibu?

Aku sempat merasa iri dengan anak di dalam film tersebut.
Anak itu sempat memenuhi keinginan ibunya dan membuatnya bahagia.
Sedangkan aku? Bahkan belum sempat membuat ibunya merasa bahagia dan bangga karenaku. Mungkin sudah, tapi setidaknya hasil jerih payahku bekerja belum mampu untuk membuat ibuku bahagia dan bangga. Itu yang sempat tiba-tiba meremas hatiku dan membuatku merasa bersalah.
Maafkan aku ibu, jika ada keinginanmu yang belum sempat untuk kupenuhi. Jika ada keinginanmu yang belum mampu untuk kuwujudkan. Hingga kini Ibu sudah tak lagi bersamaku, bersama kami di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar