Assalamu'alaykum...

Selamat Datang.... ^_^

Minggu, 03 April 2011

Evra, Si Peri Cantik


Tubuhnya mungil, wajahnya cantik. Matanya indah, jemarinya juga lentik. Ada sayap yang begitu indah di punggungnya. Dia terduduk manis di meja riasku di antara alat-alat make up ku. Dia menatapku dan tersenyum manis.

Mungkin aku sudah gila. Atau ini sungguh hanya mimpi? Benarkah peri itu ada? Bukan sekedar dongeng belaka?

Berulang kali aku ingin mengingkarinya. Tapi di hadapanku kini sedang ada salah satu diantara mereka, Evra, peri bunga matahari.

"Aku pasti sedang bermimpi kan?" kataku masih tidak percaya.

Tiba-tiba Evra melesat terbang ke arah wajahku dan menarik pipiku.

"Awww....!" jeritku.

"Apa yang kau lakukan? Sakit tahu!"

Evra tersenyum, lalu kembali duduk di meja riasku.

"Katamu kau tidak percaya kalau aku ini nyata? Aku hanya mencubitmu agar kau sadar bahwa ini bukan mimpi, tapi nyata. Aku sungguh ada, Naida. Di luar sana masih banyak yang sepertiku. Hanya mereka tak berani menemuimu dan teman-temanmu. Bagi kami, kalian itu menakutkan."
Evra memasang wajah marah dan menyilangkan tangannya. Aku benar-benar seperti sedang bermain boneka barbie.

"Kenapa menurut kalian kami menakutkan?"

"Karena kalian sudah menebang banyak pohon di hutan sana. Banyak teman-temanku yang kehilangan rumahnya dan mengungsi ke tempat-tempat yang lebih kotor. Kemari...!" Evra melayang dan melesat ke arah jendela. Aku megikutinya.

"Kau lihat pohon itu?" jemari mungil Evra menunjuk ke arah pohon di tepi jalan. Aku mengangguk.

"Di sana ada banyak teman-temanku. Mereka terpaksa tinggal di sana karena tidak ada pilihan lain. Sebagian diantara mereka mulai sakit-sakitan. Udara di sekitar tempat tinggal mereka kotor. Rumah mereka di hutan sana sudah habis kalian tebang. Jika kalian terus menerus demikian, maka kami mungkin sungguh hanya akan tinggal kenangan. Sekedar cerita dan dongeng tanpa bisa menunjukkan keberadaan kami yang sesungguhnya."
Evra menunduk. Ada bulir-bulir bening mengalir di pipinya. Ingin rasanya aku menghapus airmata itu, Tapi bagaimana caranya? Dia terlalu kecil, bahkan untuk memeluknya saja aku takut menyakitinya. Dia terlalu mungil.

"Hai, jangan sedih, Evra..." Aku mencoba menghiburnya. Tapi sepertinya Evra benar-benar sedih. Aku hanya menunggunya hingga ia puas menangis.

"Naida, maukah kau membantuku?" tanya Evra tiba-tiba.
Aku mengangguk.

"Apa yang bisa kulakukan untukmu, Evra?"

"Kulihat masih banyak ruang tanah kosong di belakang rumahmu. Bisakah kau menanam lebih banyak lagi tanaman? Pepohonan atau bunga-bungaan juga boleh. Semakin banyak kau menanam pohon dan tumbuhan lainnya, maka kau sudah membantu teman-temanku untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak. Aku tahu, rumahmu selalu bersih. Tidak banyak polusi di sini. Tidak seperti di sana tadi. Menurutku jika teman-temanku pindah tinggal di sini mungkin kondisi mereka akan membaik." Evra sangat bersemangat mengatakan ide tentang menanam pohon itu.
Aku mengangguk. Senang melihat Evra kembali bersemangat.

(bersambung kapan-kapan ya... ^_^)

1 komentar:

  1. Jadi inget cerita Barbie yang tentang peri-peri hutan itu. Baguuuus. Lanjutkan

    BalasHapus