Bismillah...
Dalam Alquran kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka kita temukan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan wazannya, seperti Kaadzibu, Kadzaab, Al-Mukadzibuun, Al-Mukadzibiin, Kadzaaba, Kadzaabat, Makdzuub, Takdziib, Kdazzabuu. Ini semua sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa faktor yang ada, antara lain:
· Lemah jiwa dan mentalnya.
· Kegoncangan jiwa.
· Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
· Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
· Rasa dengki dan iri yang ada.
· Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
Pada dasarnya setiap hukum kebohongan mempunyai dosa dan resiko sesuai dengan tingkat kebohonganya itu. Seperti dusta atas nama Allah dan Nabi-Nya, dusta dalam kehidupan dan lain-lain.
Dan seseorang apabila dia berdusta atau berbohong, maka pada dasarnya dia harus siap berbuat kebohongan yang lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama. Dan biasanya kebohongan memang harus bersambung atau sampai seorang itu mau menyelesaikan kebohongannya dengan mangaku dan menutup dengan taubat atau minta maaf kalau hal itu bersangutan dengan manusia. Dan banyak di antara kita yang hampir tidak memperhatikan hal ini, bahkan ada yang beranggapan kalau bohong sedikit tidak apa-apa atau tidak dosa. Artinya bohong yang diluar syar’i. Dan Nabi saw. mengancam keras bagi orang yang bohong atau dusta apa lagi mengatasnamakan beliau. Dalam riwayat Muslim dari Samura r.a., sesungguhnya Nabi saw. berkata, “Barangsiapa yang berbicara tentang aku, dengan suatu hadis yang hal itu sebenarnya dusta, maka orang itu dikatakan pendusta.”
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan menghantarkan ke dalam surga. Tidaklah seseorang berbuat jujur hingga Allah mencatatnya sebagai orang yang selalu jujur. Dan berbohong itu membawa kepada kejelekan, dan kejelekan itu menghantarkan ke dalam neraka. Sungguh seseorang terbiasa bohong hingga Allah mencatatnya sebagai seorang pembohong.” (HR. Bukhari no. 6094, Muslim no. 2607)
Kata orang, lisan adalah daging tak bertulang, apabila manusia tidak menjaga lisannya, maka kebinasaanlah yang ia dapat. Ingatlah selalu, tidak ada satu ucapan pun yang keluar dari mulut kita, kecuali ada malaikat yang mencatat. Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18)
Berbohong adalah kebiasaan orang munafik. Orang munafik akan selalu menampakkan sesuatu yang menyelisihi apa yang ada dalam benaknya, di antaranya adalah dengan berbohong. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Tanda orang munafik ada tiga: Apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya dia khianat.” (HR. Bukhari no. 6095, Muslim no. 59).
Berbohong tidaklah dibenarkan, baik sungguh-sungguh ataupun sekedar main-main saja. Sering kita lihat, orang kalau sudah kumpul dengan temannya akan berupaya membuat senang dan tertawa teman-temannya walaupun harus berbohong! Tentunya hal ini tidaklah dibenarkan juga, mengingat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:
“Celakalah orang yang berbohong agar orang lain tertawa, celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Dawud no. 4990, Tirmidzi no. 2315, Darimi no. 2705, Ahmad 5/7. Dihasankan oleh al-Albani dalam al-Misykah no. 4834).
Sahabat mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bohong tidaklah dibenarkan, baik sungguh-sungguh maupun sekedar main-main.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/363).
Inipun termasuk celaan dan ancaman bagi orang yang berbohong, renungilah kisah dalam hadits berikut ini, bahwa berbohong bukan sekedar dosa yang ringan!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Pada suatu malam aku bermimpi didatangi dua orang laki-laki, kemudian keduanya membawaku ke sebuah tempat yang suci. Di tempat itu aku melihat dua orang yang sedang duduk dan ada dua orang yang sedang berdiri, di tangan mereka ada sebatang besi. Besi itu ditusukkan ke tulang rahangnya sampai tembus tengkuknya. Kemudian ditusukkan besi itu pada tulang rahangnya yang lain semisal itu juga, hingga penuh dengan besi…
Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Kalian telah mengajakku berkeliling, sekarang kabarkan kepadaku peristiwa demi peristiwa yang telah aku lihat.” Keduanya berkata: “Adapun orang yang engkau lihat menusuk rahangnya dengan besi, dia adalah seorang pendusta, berkata bohong hingga dosanya itu memenuhi penjuru langit. Apa yang engkau lihat terhadapnya akan terus diperbuat hingga hari kiamat.”
(HR. Bukhari no. 1386, Ahmad 5/14).
Berdusta terhadap sumpah atas nama Allah SWT juga merupakan hal yang secara tegas dilarang:
"Dan pada hari kiamat itu kamu akan melihat orang yang berdusta atas NamaKu, muka-muka mereka itu menjadi hitam..." (QS. Az Zumar : 60)
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berdusta atas Namaku maka baginya akan dibangunkan sebuah rumah di dalam neraka Jahannam." (Hadist)
Rasulllah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berdusta atas Namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah untuk tinggal di neraka." (HR. Bukhari & Muslim)
Astaghfirullah...
Sahabat, demikianlah larangan tegas serta ancaman-ancaman tentang berbohong (dusta)...
Saling mengingatkan ya, semoga kita tidak termasuk dalam golongan pendusta... amin...
Semoga artikel ini bermanfaat... :)
Sumber :
www.dakwatuna.com
http://abuzuhriy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar