Sebagian sedang khusyuk menunaikan sholat. Sebagian mengambil posisi nyaman dan menarik selimut. kemudian terlelap dalam buaian penuh kehangatan. Sebagian yang lain sedang duduk penuh antusias mendengarkan seseorang berbagi ilmu dan pengalaman. Sedangkan seseorang di depan menjadi pusat perhatian karena serius cerita yang disampaikannya.
Eh... ternyata aku yang sedang menjadi pusat perhatian.hehehe...
Jum'at penuh barokah di pekan terakhir bulan Oktober ini kuisi dengan agenda yang luar biasa. Berawal dari sebuah sms yang memintaku untuk berbagi ilmu tentang kepenulisan di acara kajian muslimah di Kampus STAN tercinta. Alhamdulillah, amanah yang Allah Swt berikan kepadaku ini sekaligus cara-Nya memaksaku belajar kembali. Kenapa? Bukankah dengan menyampaikan ilmu yang pernah kita terima sebelumnya adalah sebuah pembelajaran paling efektif? Bukankah seorang guru semakin pintar karena setiap hari harus belajar kembali sebelum menyampaikan materi di depan murid-muridnya? Dan bukankah karena hampir tiap tahun mengajarkan ilmu yang sama pada akhirnya dia semakin ahli di bidangnya? Begitu pun aku, ketika ada kesempatan untuk berbagi ilmu, itu adalah saat dimana aku dipacu untuk lebih banyak lagi belajar.
Kali ini pun begitu. Bukan aku yang mengajari mereka melainkan dari merekalah aku belajar banyak hal. Setitik ilmu yang kubagi, tapi selaksa ilmu lain yang kuperoleh dari mereka. Bagaimana tidak, hanya mendengarkan materi sekilas saja, peserta sudah berhasil menciptakan titik awal sebuah karya luar biasa.
MENULIS ITU BUKAN BAKAT. SIAPAPUN BISA MENJADI PENULIS!
Kalimat di atas benar adanya. Di hadapanku, duduk dengan rapi adik-adik kelasku yang belajar berbagai ilmu. Ada yang belajar tentang Akuntansi, Perpajakan, Perbendaharaan Negara, atau Piutang Lelang Negara. Tapi, hanya dengan mendengar sedikit materi, diberi tantangan untuk menulis hanya 15 menit, mereka telah bisa menciptakan karya yang memukau. Tak hanya itu, kalimat-kalimat yang mereka pilih pun begitu indah dan terkesan tidak sembarangan. Itu tandanya, mereka telah banyak membaca. Dan ketika mereka ingin menulis maka otak memanggil perbendaharaan kata yang telah tersimpan di sana. Subhanallah...
Menulis itu mudah. Tidak ada alasan untuk tidak menulis. Tidak ada alasan untuk bilang tidak bisa menulis.
Hujan... Tema yang saya jadikan tantangan untuk mereka adalah sebuah tema yang bisa melahirkan banyak cerita dan kisah. Mulai dari kisah fiksi biasa, fiksi fantasi ataupun non fiksi. Semua disesuaikan dengan passion kita. Jika lebih suka dengan fiksi, maka gali dan kembangkan cerita itu sesuai pikiran dan imajinasimu. Jika lebih suka non fiksi maka riset dan tulislah sesuai apa yang kau ketahui ataupun kau bagi kepada pembaca.
Menulis itu sama halnya dengan melukis. Kita bisa memberi bentuk sesuka hati kita.
Menulis itu mudah. Menulis itu naluri. Menulis itu menenangkan hati. Menulis itu obat jiwa. Menulis itu adalah cara untuk mengikat ilmu agar tak terlepas dari diri.
Dan dalam menulis, kita akan semakin menemukan siapa diri kita. Seperti yang pernah Bunda Helvy Tiana Rosa (HTR) katakan, "menulis membuatmu menjadi."
Semangat menulis... ^-^
(Oleh-oleh Kajiam Mentari, Jum'at 28 Oktober 2011)
ihir mbak lina, sayang ya aq udah lulus ;)
BalasHapusada waktu spesial untuk edist kok nanti... :)
BalasHapus