Assalamu'alaykum...

Selamat Datang.... ^_^

Senin, 05 Juli 2010

Akhlak Baik Membangun Rumah Tangga Bahagia dan Harmonis


Ditujukan untuk anda yang akan memasuki mahligai rumah tangga, juga untuk anda yang sudah berumah tangga, atau juga anda yang ingin berkeluarga. Siapa sih yang ingin berkeluarga?? semua orang kan ingin berkeluarga, sekaligus memiliki keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah...

Sebenernya aku hanya ingin sharing saja tentang apa-apa yang harus dimiliki dan dilaksanakan saat membina sebuah keluarga..., intinya adalah, bagaimana sih membina keluarga yang bahagia itu... (kayak aku wis ngerti ae... hehe..)

Setiap kita pasti menginginkan rumah tangga dalam arti yang sebenarnya. Rumah tangga yang berkwalitas dan bermutu. Bukan rumah tangga sekedar dua orang berlainan jenis, kemudian berkumpul yang penting bisa melampiaskan nafsu birahi. Kalau sekedar begitu, apa dong bedanya antara kita dan binatang??????Bila memang begitu kondisinya berarti keluarga iseng. Misinya misi iseng dan hasilnya hasil iseng. Model keluarga ini tidak akan mampu mendatangkan kebahagiaan yang sebenarnya.Bila ada yang menjawab, “ It’s just for fun. Bisa kita balikkan, “It’s okey, but life is not only fun. There are many things better than just fun.”Banyak yang membayangkan, terutama laki-laki bujang, saat menikah nanti akan mudah semuanya; pakaian ada yang mencucikan, makanan ada yang memasakkan dan menyiapkan, rumah ada yang membersihkan, letih ada yang memijiti, terus kalau kebelet birahinya ada tempat melampiaskan. Itu kebanyakan yang terdetik dalam benak laki-laki. Tidak semua memang.

Setiap orang dalam hidup berumahtangga sudah pasti menginginkan yang namanya kebahagiaan, namun terkadang mereka lupa untuk mengusahakan hal-hal yang membuat bahagia itu hadir dalam kehidupan mereka. Karena sebenarnya bahagia itu bukanlah suatu rasa yang hadir begitu saja, ia adalah rasa yang hadir dari apa yang telah kita upayakan, dan kita minta pada Alloh Subhanahu wa ta'ala. Kebahagiaan bukanlah hanya semata hak salah satu pasangan, namun kebahagiaan itu adalah hak dari kedua pasangan yang diupayakan oleh suami dan istri, kebahagiaan adalah sesuatu yg diperjuangkan setiap saat. Kelapangan hati dari seorang suami dan istri untuk saling memberi dan juga menerima kelebihan serta kekurangan masing-masing merupakan salah satu hal yang akan hadirkan bahagia dalam rumah tangga.

Hal lain agar terciptanya bahagia dalam rumah tangga adalah adanya komitmen dari masing-masing individu untuk saling menjaga cinta mereka, keterbukaan dan kesadaran bahwa rumah tangga mereka tak hanya terbangun dengan cinta namun disana diperlukan adanya taqwa yang akan lebih menguatkan jalinan cinta yang mentautkan hati-hati mereka dan hadirkan kesetiaan serta tak hanya hadirkan bahagia tetapi lebih dari itu dengan taqwa akan hadirkan sakinah mawaddah wa rohmah yang begitu diidam-idamkan setiap pasangan suami istri.

Dan yg terakhir adalah cinta itu ingin selalu memberi untuk membahagiakan pasangannya, dan bahwa perkawinan itu tak hanya sebagai tempat untuk melegalkan hubungan biologis manusia namun lebih dari itu perkawinanan adalah tempat untuk berbagi, saling meringankan, tidak menuntut tetapi memberi dan inilah yang menjadikan cinta itu indah sekali karena baik istri ataupun suami berebut untuk memberikan yang terbaik. Wallohu a'lam bishowab.

Saat cinta hadir bagai bunga yang bermekaran dan tebarkan wangi di taman jiwa, maka rawatlah ia, sirami dg air keimanan, terangi dg cahaya ketaqwaan, pupuklah dg kasih sayang, pengertian dan kesetiaan, hingga cinta itu terus tumbuh menjulang menggapai sakinah mawaddah warohmah dan barokah serta ridho dari Alloh Subhanahu wa ta'ala...

Tanggung jawab suami, menjadi nahkoda bahtera rumah tangga agar berlabuh di pelabuhan kedamaian dan kesejahteraan.Nahkoda yang baik akan berusaha untuk mengarahkan bahteranya ke arah yang baik sesuai dengan petunjuk mercusuar, dan menghindarkannya dari berbagai hal yang membahayakan. Nahkoda yang bijak tidak akan berpetualang hanya untuk menguji kelihaiannya dalam mengendalikan kapal, atau menguji kehebatan dan kekuatan kapalnya.Dia mestinya menyadari sepenuhnya, tidak usah berpetualang pasti suatu saat badai akan datang. Tidak usah menguji kehebatan diri mengendalikan kapal, karena suatu saat kelihaiannya pasti akan dibutuhkan. Tidak usah menguji kapal dengan menyerempetkannya ke batu karang karena suatu saat halang rintang harus dilalui.Justru yang harus dilakukan adalah mempersiapkan dirinya agar kepandaiannya mengendalikan bahtera semakin meningkat. Terus memperhatikan dan merawat kapalnya dengan baik, jangan sampai karatan dan bocor, atau mesinnya mogok karena diacuhkan..

Bila anda berwajah jelek dan beristri cantik atau sebaliknya tapi pengin masuk surga????Orang ganteng beristri cantik hal biasa, orang cantik bersuami ganteng hal yang lumrah. Tapi laki-laki berwajah jelek bersitri cantik atau perempuan tidak cantik bersuami ganteng sungguh hal yang luar biasa. Hehehehe penulis termasuk yang mana ya?????? Rahasia dong, just keep silence. Ok.Ternyata laki-laki berwajah jelek bersitri cantik atau perempuan tidak cantik bersuami ganteng kalau mereka mampu memanage dengan baik peluang masuk surganya gak sulit, gimana tuh????Silahkan belajar dari kisah berikut :Pada suatu saat Imron bin Hithon memasuki rumahnya. Imron adalah laki-laki yang sudah jelek pendek lagi …( tidak seperti pembaca lho ya….). Saat memasuki rumah ia mendapatkan istrinya siap menyambutnya dengan dandanan yang sempurna. Istri Imron adalah seorang yang sangat cantik nan sholihah ( …..seperti pembaca kali ya…..).Kondisi Imron yang seperti diceritakan di atas, sungguh terpana....

Kasih sayang bisa bersemi di atas akhlak yang kokoh. Bila suami memperlakukan istri dengan baik, dan istri membalas dengan pelayanan yang menyenangkan, maka saat itu lah do’a seorang pria yang minta dikaruniai istri dan anak-anak yang menjadi ‘cahaya mata’ (qurrota a’yun) terwujud.

Akhlak adalah benteng keutuhan rumah tangga.

Akhlak itu harus dimiliki oleh kedua pasangan, bukan hanya suami saja. Akhlak seorang istri kepada suami adalah saat ia menaati suaminya. Dan itu menjadi kewajiban yang tak boleh disepelekan. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang baik, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari isterinya. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana." (Al-Baqarah: 228).

Rasulullah bersabda, "Seandainya aku suruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku suruh seorang istri sujud kepada suaminya." (HR Abu Daud, Al-Hakim)

Bahkan penyebab wanita banyak menjadi penghuni neraka adalah karena akhlaknya yang buruk kepada suami. Seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah saw: "Suatu ketika Rasulullah keluar pada hari raya Idul Adha atau Idul Fitri menuju tempat shalat dan melalui sekelompok wanita. Beliau saw bersabda,’Wahai kaum wanita bersedekahlah sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka.’ Mereka bertanya,’Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau saw menjawab,’Kalian banyak melaknat dan maksiat terhadap suami’". (HR Bukhori)

Perkara yang mungkin sepele: mengabaikan kebaikan suami, bisa berakibat sangat fatal. Dalam suatu sabda Rasulullah saw: “…dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?” Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab:“Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)

Berterima kasih atas kelebihan pasangan, dan sabar atas kekurangannya. Itu merupakan kunci akhlak dalam rumah tangga. "Tahu berterima kasih" bukan cuma diharuskan untuk istri, bahkan sikap itu harus dimunculkan oleh suami manakala terbersit ketidak-puasan terhadap istrinya. Allah berfirman, "…Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS An-Nisa : 19) Begitulah tips yang diberikan oleh Allah kepada suami untuk mempertahankan rumah tangganya: bersabar dan memperhatikan kebaikan yang dimiliki oleh pasangan.

Salah satu akhlak seorang suami yang mengokohkan rumah tangganya adalah ekspresi yang tidak terus terang saat menemukan kekurangan istri. Ia menyembunyikan kekecewaannya sehingga bisa menjaga perasaan istrinya. Seperi saat merasakan ada yang kurang dari masakan istrinya, seorang suami bisa menunjukkan akhlak yang baik saat ia malah memuji masakan itu.

Berdusta dalam rumah tangga - selama dalam kerangka kebaikan - diperbolehkan. Ummu Kultsum rha. berkata, ""Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keringanan (rukhshah pada apa yang diucapkan oleh manusia (berdusta) kecuali dalam tiga perkara, yakni: perang, mendamaikan perseteruan/perselisihan di antara manusia, dan ucapan suami kepada istrinya, atau sebaliknya." (HR Muslim)

Ada cerita yang penuh hikmah tentang suami yang berekspresi normal saat melihat ketidak-sempurnaan istrinya,

Abdurrahman Ibn Al-Jauzy menceritakan dalam Shaed Al-Khathir kisah berikut ini: Abu Utsman Al-Naisaburi ditanya: ”amal apakah yang pernah anda lakukan dan paling anda harapkan pahalanya?”

Beliau menjawab, ”sejak usia muda keluargaku selalu berupaya mengawinkan aku. Tapi aku selalu menolak. Lalu suatu ketika, datanglah seorang wanita padaku dan berkata, ”Wahai Abu Utsman, sungguh aku mencintaimu. Aku memohon—atas nama Allah—agar sudilah kiranya engkau mengawiniku.” Maka akupun menemui orangtuanya, yang ternyata miskin dan melamarnya. Betapa gembiranya ia ketika aku mengawini puterinya.

Tapi, ketika wanita itu datang menemuiku—setelah akad, barulah aku tahu kalau ternyata matanya juling, wajahnya sangat jelek dan buruk. Tapi ketulusan cintanya padaku telah mencegahku keluar dari kamar. Aku pun terus duduk dan menyambutnya tanpa sedikit pun mengekspresikan rasa benci dan marah. Semua demi menjaga perasaannya. Walaupun aku bagai berada di atas panggang api kemarahan dan kebencian.

Begitulah kulalui 15 tahun dari hidupku bersamanya hingga akhir ia wafat. Maka tiada amal yang paling kuharapkan pahalanya di akhirat, selain dari masa-masa 15 tahun dari kesabaran dan kesetiaanku menjaga perasaannya, dan ketulusan cintanya.

Berkata ulama salaf: "Seorang suami yang sholih, bila dia mencintaimu maka bersyukurlah kepada Allah. Bila dia tidak menyukaimu, maka dia pasti tidak akan mendzholimimu."....


Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=436314066041

Tidak ada komentar:

Posting Komentar